Content Created with the help of AI |
Daftar Isi
Perkembangan informasi modern, terutama melalui media sosial dan internet, telah membawa banyak kemajuan dalam kehidupan manusia. Namun, perkembangan ini tidak lepas dari kritik tajam, terutama dari sudut pandang eksistensialisme.
Jean-Paul Sartre, filsuf eksistensialis, memandang era digital sebagai ruang di mana manusia semakin terperangkap dalam ilusi diri yang terbentuk oleh manipulasi sosial dan teknologi.
Eksistensialisme, yang menekankan kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam menciptakan makna hidup, menghadirkan kritik mendalam terhadap bagaimana banjir informasi sering kali membentuk realitas buatan yang mempengaruhi keaslian keberadaan manusia.
Eksistensialisme dan Kebebasan Individu
Eksistensialisme Sartre berakar pada gagasan bahwa "eksistensi mendahului esensi." Bagi Sartre, manusia lahir tanpa sifat bawaan atau tujuan yang sudah ditetapkan. Manusia, dalam keadaan aslinya, adalah makhluk yang kosong dari esensi atau nilai moral tertentu. Maka, kebebasan manusia merupakan kondisi yang tak terhindarkan; manusia dikutuk untuk bebas dan karenanya harus menciptakan nilai serta makna hidupnya sendiri.
Di era informasi modern, individu menghadapi tantangan besar untuk memilih dan bertindak dengan kesadaran penuh atas kebebasannya, terlepas dari manipulasi eksternal.
Namun, informasi yang tersaji melalui media digital tampaknya melucuti kebebasan otentik ini. Media sosial dan budaya internet telah menciptakan standar baru tentang bagaimana seseorang harus bertindak, berpikir, dan bahkan merasa.
Hasilnya, manusia semakin kehilangan kebebasan untuk menentukan hidupnya dengan otentik, karena ia secara terus-menerus dihadapkan pada norma dan harapan yang dibentuk oleh masyarakat digital.
Fenomena ini, dari sudut pandang eksistensialisme Sartre, dapat dikatakan sebagai bentuk alienasi diri—manusia terjebak dalam proyeksi sosial yang bukan merupakan ekspresi otentik dari dirinya.
“Neraka adalah Orang Lain” dan Konformitas Sosial
Dalam karyanya yang berjudul No Exit, Sartre menulis bahwa "Neraka adalah orang lain." Kutipan ini sering kali disalahartikan, tetapi sebenarnya sangat relevan dalam konteks informasi modern.
Pernyataan itu merujuk pada kecenderungan manusia untuk mendefinisikan diri berdasarkan pandangan dan penilaian orang lain. Di era digital, situasi ini semakin rumit dengan adanya media sosial, yang memberi panggung bagi setiap individu untuk terus-menerus membandingkan diri dan mencari validasi.
Melalui apa yang diunggah, disukai, atau dikomentari, identitas digital manusia terbentuk, atau lebih tepatnya dimanipulasi, oleh pandangan orang lain, menciptakan tekanan untuk konformitas yang dapat menghilangkan kebebasan otentik individu.
Dalam perspektif eksistensialis, kebebasan individu justru terletak pada keberanian untuk menolak pengaruh eksternal yang mencoba mendefinisikan dirinya. Ketika seseorang hanya hidup untuk mendapatkan persetujuan dan pandangan positif dari orang lain, ia telah kehilangan kebebasan untuk membangun nilai dan makna hidup yang otentik.
Sartre mengkritik manipulasi informasi modern ini sebagai bentuk pengasingan diri yang merusak kebebasan pribadi. Dalam kondisi seperti ini, manusia menjadi sekadar objek di mata orang lain, kehilangan kemampuannya untuk bertindak secara otentik, dan akhirnya mengabaikan hakikat kebebasannya sendiri.
Kehidupan dalam Absurditas: Mencari Makna di Tengah Kekacauan Digital
Sartre berpendapat bahwa dunia pada dasarnya adalah absurditas; ia tidak memiliki makna yang sudah ditetapkan sejak awal, melainkan sebuah kekosongan yang harus dihadapi oleh manusia.
Di dunia informasi modern yang penuh ketidakpastian, absurditas ini semakin terlihat dalam bentuk arus informasi yang tidak jelas batas dan relevansinya. Setiap orang dihadapkan pada lautan data yang sering kali saling bertentangan dan membingungkan.
Dalam kondisi semacam ini, individu cenderung mencari makna dari informasi yang terus berubah, tanpa ada pegangan yang jelas atau konsistensi dalam nilai yang diterima.
Eksistensialisme Sartre mengajarkan bahwa meskipun dunia mungkin tampak tidak memiliki arti atau tujuan, setiap individu memiliki kebebasan penuh untuk menciptakan maknanya sendiri.
Di tengah derasnya arus informasi yang kerap manipulatif, tugas manusia adalah untuk tetap menyadari kebebasannya dalam memilih informasi yang dianggap penting dan relevan bagi dirinya. Dalam hal ini, eksistensialisme bukan hanya sebuah filosofi, tetapi juga sebuah panggilan untuk bertindak dengan kesadaran penuh, tanpa terjebak dalam ilusi atau manipulasi yang berasal dari dunia digital.
Tanggung Jawab Individu di Era Informasi
Salah satu aspek penting dalam pemikiran Sartre adalah tanggung jawab penuh setiap individu atas tindakannya. Di era informasi modern, tanggung jawab ini semakin signifikan.
Setiap kali seseorang memutuskan untuk mengikuti arus atau berpihak pada opini mayoritas, ia harus mempertimbangkan bahwa pilihan tersebut mencerminkan dirinya sepenuhnya, tanpa ada alasan eksternal yang bisa dijadikan pembenaran. Bagi Sartre, kebebasan selalu diiringi dengan tanggung jawab mutlak, dan tidak ada ruang untuk menghindarinya.
Dalam konteks informasi modern, tanggung jawab ini berarti kesadaran untuk memilah dan menafsirkan informasi dengan sikap kritis. Ketika individu menerima begitu saja informasi yang beredar, ia membiarkan dirinya dimanipulasi dan pada akhirnya menjadi bagian dari kolektivitas yang kehilangan arah.
Sartre menekankan pentingnya bertindak dan berperan aktif dalam membentuk identitas dan kehidupan yang otentik. Dalam hal ini, manusia perlu menyadari bahwa setiap informasi yang dikonsumsi adalah hasil dari pilihannya sendiri, dan ia bertanggung jawab atas pengaruh yang informasi tersebut miliki terhadap hidupnya.
Melawan Manipulasi dengan Kesadaran Otentik
Eksistensialisme menawarkan kritik yang tajam terhadap perkembangan informasi modern yang sering kali memanipulasi diri manusia melalui standar sosial yang ilusif.
Dalam pandangan Sartre, manusia harus melawan pengaruh manipulatif ini dengan memanfaatkan kebebasannya untuk menentukan makna hidupnya sendiri. Sartre mengingatkan bahwa kebebasan adalah kutukan dan tanggung jawab, tetapi di dalamnya terkandung potensi luar biasa untuk meraih eksistensi yang autentik.
Di era informasi modern, eksistensialisme menjadi seruan untuk menyadari kebebasan dan tanggung jawab individu dalam membentuk realitasnya sendiri, terlepas dari pengaruh eksternal yang cenderung mengaburkan esensi diri yang sejati.
Referensi
- Sartre, Jean-Paul. Being and Nothingness: An Essay on Phenomenological Ontology. Washington Square Press, 1956.
- Sartre, Jean-Paul. Existentialism Is a Humanism. Yale University Press, 2007.
- Sartre, Jean-Paul. No Exit and Three Other Plays. Vintage International, 1989.