Content Created with the help of AI |
Daftar Isi
Di era digital, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kita. Meski membawa berbagai kemudahan, platform-platform ini juga melahirkan fenomena psikologis yang semakin populer: Fear of Missing Out atau FOMO. Perasaan takut ketinggalan informasi, kesempatan, atau pengalaman membuat banyak orang merasa resah dan tergantung pada media sosial. Di sinilah filosofi Stoisisme—aliran pemikiran yang menekankan ketenangan batin—dapat memberi kita solusi untuk mengatasi kecemasan akibat FOMO.
Dengan memahami prinsip-prinsip Stoisisme, kita dapat menemukan ketenangan di tengah derasnya arus informasi, fokus pada apa yang ada di depan mata, dan menghindari kecemasan yang tidak perlu. Mari kita telusuri lebih jauh!
Apa Itu FOMO dan Mengapa Media Sosial Memperparahnya?
FOMO, atau Fear of Missing Out, adalah kecemasan bahwa kita kehilangan sesuatu yang penting. Biasanya, ini melibatkan perasaan tertinggal dari pengalaman orang lain—yang dipengaruhi oleh unggahan-unggahan yang kita lihat di media sosial. Seseorang mungkin merasa hidupnya kurang berarti setelah melihat teman-temannya bepergian, menghadiri acara besar, atau bahkan sekadar menikmati waktu yang menyenangkan bersama.
Faktor terbesar yang memicu FOMO di era digital adalah cara media sosial menyajikan kehidupan orang lain dalam bentuk yang menarik dan terkadang berlebihan. Saat kita menggulir layar, kita melihat yang terbaik dari hidup orang lain: liburan, momen-momen penuh kasih, pencapaian karier, dan lain-lain. Hal ini menciptakan ilusi bahwa mereka menjalani hidup yang lebih “sempurna” daripada kita, yang akhirnya mengikis rasa syukur atas apa yang sudah kita miliki.
Namun, FOMO bukan hanya tentang ketinggalan acara; ia meluas hingga informasi terkini. Ketika media sosial terus memperbarui informasi setiap detik, kita merasa harus selalu mengetahui berita terbaru agar tetap relevan. Dampaknya? Ketenangan kita terusik, dan kita jatuh ke dalam siklus ketergantungan untuk terus mengecek ponsel setiap saat.
Prinsip-Prinsip Stoisisme untuk Menghadapi Kecemasan
Stoisisme, sebuah aliran pemikiran dari Yunani Kuno yang dirintis oleh Zeno dari Citium, menawarkan cara pandang yang lebih tenang terhadap hidup. Filsafat ini mengajarkan bahwa ketenangan batin dapat dicapai dengan fokus pada hal-hal yang ada dalam kendali kita dan menerima hal-hal yang berada di luar kendali kita dengan lapang dada. Ini adalah prinsip yang sangat berguna untuk mengatasi kecemasan akibat FOMO.
Ada beberapa konsep utama dalam Stoisisme yang dapat membantu kita melawan perasaan gelisah akibat FOMO:
Dikotomi Kendali
Filosof Stoik, Epictetus, mengajarkan bahwa ada dua jenis hal dalam hidup: yang berada dalam kendali kita dan yang tidak. Kehidupan orang lain atau peristiwa yang kita lihat di media sosial berada di luar kendali kita, sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Fokuslah pada tindakan yang bisa Anda lakukan saat ini untuk mencapai ketenangan.
Kehadiran di Saat Ini
Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati ditemukan dalam kesadaran penuh akan saat ini, bukan dengan membandingkan diri dengan orang lain atau khawatir akan masa depan. FOMO sering kali membuat kita mengabaikan apa yang kita miliki saat ini, padahal ketenangan hanya bisa kita temukan di sini, bukan di tempat lain.
Menerima Keterbatasan
Hidup adalah tentang menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa memiliki atau melakukan segala hal. Stoik percaya bahwa dengan menerima keterbatasan, kita bisa menemukan kepuasan yang lebih besar atas apa yang sudah ada dalam hidup kita.
Menerapkan Stoisisme untuk Mengatasi FOMO
Menghadapi FOMO tidak selalu mudah, terutama ketika kita setiap hari dikelilingi oleh notifikasi dan unggahan media sosial. Namun, dengan mengadopsi prinsip-prinsip Stoisisme, kita dapat mengendalikan kecemasan ini dan kembali pada ketenangan batin.
1. Latih diri untuk menghargai saat ini.
Ketika melihat unggahan di media sosial, daripada merasa iri, coba tanyakan pada diri sendiri: “Apa hal baik yang ada dalam hidupku saat ini?” Dengan mengalihkan fokus pada kebaikan yang ada di sekitar kita, kita menjadi lebih bersyukur dan menghargai apa yang telah kita miliki.
2. Batasi waktu dan intensitas penggunaan media sosial.
Menghindari FOMO bukan berarti menghindari media sosial sepenuhnya, tetapi menggunakan media sosial secara sadar. Pertimbangkan untuk menetapkan waktu khusus dalam sehari untuk mengecek ponsel. Misalnya, hanya sekali di pagi hari dan sekali di sore hari, sehingga kita tidak terbawa arus yang membuat waktu kita habis dengan sia-sia.
3. Terima bahwa kita tidak harus selalu tahu semua hal.
Media sosial mungkin memberikan informasi terbaru setiap saat, tetapi itu tidak berarti kita harus tahu semuanya. Dengan menerima bahwa kita tidak bisa selalu “up-to-date”, kita memberi ruang bagi diri sendiri untuk lebih fokus pada hal-hal yang bermakna.
Tips Praktis Menghindari FOMO di Era Digital
Tentukan waktu tanpa media sosial
Berikan diri Anda waktu tanpa distraksi digital, misalnya saat makan atau menjelang tidur. Ini membantu menjaga fokus dan ketenangan batin.
Tetapkan prioritas informasi
Alih-alih terus mengejar semua informasi, tentukan topik atau jenis informasi yang memang penting bagi Anda.
Refleksi diri secara rutin
Setiap minggu, cobalah untuk merenung tentang hal-hal baik dalam hidup Anda. Menulis jurnal tentang rasa syukur membantu kita fokus pada aspek positif dalam hidup yang sering terlewatkan.
Fokus pada diri sendiri, bukan orang lain
Cobalah untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain, terutama di media sosial. Ingatlah bahwa apa yang kita lihat hanyalah sebagian kecil dari hidup mereka.
Dengan tips-tips ini, kita bisa membatasi efek negatif media sosial dan menjadikan Stoisisme sebagai pegangan dalam menghadapi dunia yang terus berubah.
Kesimpulan
FOMO adalah salah satu bentuk kecemasan yang ditimbulkan oleh kehidupan digital kita, dan media sosial memperparah fenomena ini. Namun, dengan bantuan prinsip-prinsip Stoisisme, kita bisa menghadapinya dengan bijaksana. Menghargai saat ini, menerima keterbatasan, dan fokus pada hal-hal yang ada dalam kendali kita adalah cara untuk melepaskan diri dari jerat FOMO.
Dengan mengadopsi Stoisisme, kita dapat menemukan ketenangan dan kebahagiaan sejati di tengah derasnya arus informasi dan tekanan dunia modern. Jadi, setiap kali FOMO muncul, ingatlah bahwa ketenangan adalah pilihan. Dengan begitu, kita akan lebih siap menghadapi hidup tanpa terbebani oleh kecemasan digital.
Referensi
- Epictetus. Discourses and Selected Writings. London: Penguin Classics, 2008.
- Irvine, William B. A Guide to the Good Life: The Ancient Art of Stoic Joy. Oxford University Press, 2008.
- Seneca. Letters from a Stoic. London: Penguin Classics, 1969.