Harari: Etika Nasionalisme di Abad 21

Nasionalisme di abad ke-21 perlu dirumuskan ulang, menekankan etika, solidaritas global, dan keberlanjutan untuk menghadapi tantangan bersama umat manusia.

Nasionalisme telah memainkan peran besar dalam membentuk identitas sosial dan politik selama beberapa abad terakhir. Namun, di abad ke-21, ketika umat manusia dihadapkan pada berbagai tantangan global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan perkembangan teknologi yang pesat, muncul pertanyaan kritis: bagaimana nasionalisme bisa dipraktikkan secara etis di dunia yang semakin terhubung? Yuval Noah Harari berpendapat bahwa nasionalisme, meskipun pernah menjadi alat penting dalam mengonsolidasi negara-bangsa, kini perlu dirumuskan ulang agar mampu berkontribusi secara positif dalam menghadapi tantangan global yang kita hadapi bersama.

Nasionalisme dan Etika: Peran di Masa Lalu dan Tantangan Masa Kini

Nasionalisme berfungsi sebagai perekat sosial yang memungkinkan masyarakat untuk bersatu dalam menghadapi tantangan internal dan eksternal. Namun, di era globalisasi, nasionalisme sering kali memperkuat perasaan "kami versus mereka," yang dapat memicu ketidakpercayaan, diskriminasi, bahkan kekerasan. Harari menyoroti bahwa nasionalisme di abad ke-21 haruslah berlandaskan pada pemikiran kritis. Di satu sisi, nasionalisme dapat memperkuat solidaritas nasional dan kebanggaan, namun di sisi lain, ia juga bisa memicu eksklusivitas dan xenophobia.

Dalam Sapiens dan 21 Lessons for the 21st Century, Harari menyoroti pentingnya memahami nasionalisme dalam konteks perubahan global. Nasionalisme di masa lalu sangat penting dalam pembentukan bangsa, tetapi dengan tantangan lintas negara seperti pandemi dan perubahan iklim, bentuk nasionalisme yang eksklusif justru dapat menghambat solusi bersama. Nasionalisme yang etis harus mencakup komitmen pada prinsip hak asasi manusia, kerjasama lintas batas, dan keberlanjutan lingkungan.

Teori Nasionalisme Etis: Mengadopsi Solidaritas Global

Nasionalisme yang etis adalah bentuk nasionalisme yang tidak hanya mengedepankan kepentingan bangsa sendiri, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat global. Harari melihat bahwa nasionalisme yang etis ini menuntut adanya keseimbangan antara cinta terhadap negara sendiri dan kewajiban moral terhadap kemanusiaan secara umum. Nasionalisme etis ini menuntut kita untuk mengajukan pertanyaan penting: Bagaimana kebijakan nasional mempengaruhi masyarakat global? Apakah kebijakan yang diambil mendukung keberlanjutan lingkungan atau malah menguras sumber daya global?

Di 21 Lessons for the 21st Century, Harari menyoroti bahwa nasionalisme etis seharusnya mendorong pendekatan yang lebih terbuka, namun tetap mempertahankan rasa cinta tanah air yang sehat. Nasionalisme etis menuntut kesadaran bahwa setiap negara memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat global, dan cinta terhadap bangsa haruslah memperkaya, bukan memecah belah, kesejahteraan umat manusia.

Membangun Nasionalisme yang Terbuka dan Inklusif

Untuk mengadopsi nasionalisme etis, Harari menyarankan agar rasa bangga nasional yang terbentuk didasarkan pada narasi sejarah yang inklusif. Narasi nasional yang inklusif tidak hanya akan menumbuhkan rasa persatuan di dalam negeri, tetapi juga memungkinkan masyarakat untuk berempati terhadap dunia luar. Dengan mengajarkan bahwa kekuatan bangsa terletak pada kemauan untuk bekerja sama, nasionalisme menjadi kekuatan positif yang menginspirasi solidaritas, bukan konflik.

Misalnya, alih-alih mengajarkan generasi muda bahwa kekuatan nasional berakar pada superioritas bangsa, kita bisa mengajarkan bahwa kekuatan sejati ada dalam kemampuan untuk belajar dari budaya lain dan bekerja sama demi tujuan bersama. Dalam pandangan Harari, inilah bentuk nasionalisme yang lebih sehat dan lebih selaras dengan etika global.

Etika Lingkungan dalam Nasionalisme Modern

Di abad ke-21, setiap keputusan nasional yang terkait dengan sumber daya alam dan emisi karbon berdampak pada planet ini secara keseluruhan. Harari berpendapat bahwa nasionalisme yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi domestik dengan mengabaikan dampak lingkungan adalah bentuk nasionalisme yang tidak etis. Nasionalisme yang etis dalam konteks lingkungan memerlukan komitmen untuk mengurangi jejak karbon, mendukung energi terbarukan, dan melindungi ekosistem yang bukan hanya milik satu bangsa, tetapi milik seluruh umat manusia.

Dalam pandangan Harari, nasionalisme yang etis juga berarti mengakui bahwa masalah lingkungan adalah masalah lintas batas. Sehingga, penerapan nasionalisme yang peduli lingkungan bukan sekadar demi kepentingan negara itu sendiri, tetapi demi kebaikan seluruh dunia. Nasionalisme yang etis harus berfokus pada keberlanjutan, dan bertanggung jawab kepada generasi mendatang.

Solidaritas Global dalam Menghadapi Krisis Kemanusiaan

Nasionalisme etis juga berarti berperan aktif dalam menghadapi krisis kemanusiaan yang terjadi di luar perbatasan nasional. Pandemi COVID-19 menunjukkan betapa saling terhubungnya dunia, dan bagaimana upaya nasional yang egois dapat memperpanjang krisis bagi semua orang. Harari menekankan pentingnya berbagi sumber daya secara adil dan bekerja sama secara lintas batas dalam mengatasi tantangan global.

Di era globalisasi, nasionalisme etis tidak hanya berfokus pada perlindungan warga negara sendiri, tetapi juga mengakui hak asasi manusia bagi semua individu tanpa memandang kewarganegaraan. Nasionalisme yang etis berfokus pada nilai-nilai kemanusiaan yang universal, seperti keadilan, kebebasan, dan perdamaian. Solidaritas global bukanlah bentuk pengkhianatan terhadap negara, tetapi sebuah bentuk nasionalisme yang berorientasi pada masa depan.

Menuju Nasionalisme yang Humanis dan Berpijak pada Kepedulian Universal

Dalam Sapiens, Harari menekankan bahwa narasi besar yang membentuk identitas manusia bisa berubah sesuai kebutuhan zaman dan perkembangan peradaban. Nasionalisme yang etis memerlukan kesadaran bahwa kita tidak hanya bagian dari bangsa, tetapi juga bagian dari komunitas global yang lebih luas. Identitas nasional harus mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan yang menghormati hak asasi setiap individu. Harari menegaskan bahwa nasionalisme etis haruslah humanis, menghargai keadilan dan kebebasan, serta tidak berfokus pada kepentingan sempit semata.

Dalam dunia yang penuh dengan tantangan global, Harari melihat bahwa identitas nasional yang etis harus berfokus pada bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dan bekerja sama demi kepentingan bersama. Cinta tanah air harus diperluas menjadi cinta kepada kemanusiaan yang lebih besar, tanpa melupakan identitas lokal dan budaya yang kaya.

Kesimpulan

Nasionalisme yang etis di abad ke-21 bukanlah konsep yang mengesampingkan identitas nasional atau mengabaikan kepentingan domestik. Sebaliknya, Harari berpendapat bahwa nasionalisme etis adalah bentuk nasionalisme yang lebih matang dan bijak, yang memahami bahwa dalam dunia yang saling terhubung, kepentingan suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari kepentingan global. Dengan menyeimbangkan cinta tanah air dengan tanggung jawab universal, Harari meyakini bahwa manusia dapat membentuk nasionalisme yang benar-benar etis dan relevan bagi masa depan umat manusia.

Referensi

  1. Harari, Y. N. (2014). Sapiens: A Brief History of Humankind. Harper.
  2. Harari, Y. N. (2018). 21 Lessons for the 21st Century. Spiegel & Grau.
  3. Harari, Y. N. (2015). "The Absurdity of Nationalism." The Guardian. https://www.theguardian.com/commentisfree/2015/dec/01/the-absurdity-of-nationalism
  4. Harari, Y. N. (2020). Homodeus: A Brief History of Tomorrow. Harper.

Admin

Sabda Literasi Palu

Platform yang menawarkan artikel dengan pemikiran filosofis mendalam, koleksi ebook eksklusif dan legal, serta layanan penyelesaian tugas kuliah dan sekolah yang terpercaya.

Rekomendasi Artikel

Produk Kami